- Back to Home »
- Information »
- Virus Flame 'Bakar' Timur Tengah
Posted by : Unknown
Selasa, 05 Juni 2012
Eugene Kaspersky kini
harus melipatgandakan kerja pegawainya di Kaspersky Lab. Hal itu
dilakukan untuk menguak lebih dalam virus komputer Flame, yang dua pekan
lalu mereka temukan. "Kami butuh enam bulan untuk menganalisis Stuxnet,
virus ini 20 kali lebih rumit," katanya.
Virus Flame memang telah "membakar" kawasan Timur Tengah. Sekitar 5.000 komputer sudah terinfeksi, terutama milik perusahaan dan lembaga pendidikan di Iran, Israel, kawasan Palestina, Suriah, dan juga Sudan.
Pakar teknologi informasi dari perusahaan antivirus Kaspersky Lab belum menyebutkan asal-muasal virus ini. Mereka hanya menyebut Flame dapat membajak data, mengubah konfigurasi pada komputer yang terinfeksi, menghidupkan mikrofon untuk menyadap pembicaraan, membuat screen shots, dan merekam isi percakapan saat chatting.
Keandalan dan kompleksnya Flame membuat banyak pihak menyebut virus ini merupakan senjata cyber ketiga yang ditemukan menyebar luas, setelah Duqu dan Stuxnet. Duqu, nama yang diambil dari penjahat di film Star Wars, merupakan virus yang mencuri data.
Adapun virus Stuxnet, yang ditemukan dua tahun lalu, dikembangkan untuk spionase industri. Virus ini menyerang sistem pengendali di pabrik atau pembangkit listrik. Sasaran utama Stuxnet adalah instalasi atom di Iran. Hasilnya, 1.000 peralatan sentrifugal di instalasi tempat memperkaya uranium Iran di Natanz rusak.
Pemerintah Teheran ketika itu menuding Amerika Serikat dan Israel sebagai pengembang virus komputer Stuxnet. Kali ini tuduhan serupa juga disampaikan ke alamat yang sama. "Flame memiliki kaitan amat erat dengan Stuxnet," tulis
lembaga yang bertanggung jawab bagi keamanan data Iran.
Pejabat Iran menyebut serangan Flame mengakibatkan hilangnya data dalam jumlah sangat banyak di sebagian sistem komputer Iran. Virus ini dilaporkan pertama kali menginfeksi malware pada komputer Kementerian Minyak Iran.
Uni Telekomunikasi Internasional (ITU), lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengatur penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, bulan lalu menerima laporan itu. Badan PBB ini kemudian menugasi Kaspersky Lab memeriksa malware di Kementerian Minyak Iran.
Pejabat Kaspersky Lab menduga Flame telah menyebar di Timur Tengah sejak lima tahun lalu. Aksi ini tidak terungkap. "Kesimpulannya, ada operasi lainnya yang sedang berlangsung yang kita tidak tahu selama waktu itu," kata Roel Schouwenberg, peneliti senior Kaspersky. Virus ini, kata dia, bisa digunakan untuk kegiatan mata-mata dan sabotase.
Profesor Alan Woodward dari Departemen Komputasi Universitas Surrey mengatakan Flame tidak mungkin dibuat oleh sekelompok remaja nakal atau iseng. "Virus ini besar, rumit, dan didedikasikan guna mencuri data secara sembunyi-sembunyi untuk waktu yang lama," katanya.
Schouwenberg mengatakan ada bukti yang menunjukkan kode Flame dibuat oleh negara yang sama yang merancang Stuxnet dan Duqu. Tim Respons Darurat Komputer Iran juga mengaitkan hal yang sama. Lembaga ini menuduh Flame merupakan bagian dari pekerjaan intelijen suatu negara.
ITU telah mengeluarkan peringatan bahwa Flame adalah sarana spionase berbahaya yang berpotensi merusak infrastruktur kritis suatu negara. “Ini adalah peringatan cyber paling serius yang pernah kami keluarkan,” kata Marco Obiso, Kepala Keamanan Cyber ITU.
Richard Silverstein, komentator yang berbasis di Amerika, menuduh Israel berada di balik aksi virus Flame. Sumber senior Israel saya, kata Silverstein, menyebut bahwa itu adalah produk dari ahli cyberwarfare Israel. Dia mengaitkan tuduhan itu dengan pernyataan Wakil Perdana Menteri Israel Moshe Ya''alon belum lama ini.
Kepada Radio Angkatan Bersenjata Israel, Ya''alon tidak mengakui atau membantah tuduhan itu. "Israel diberkati dengan teknologi tinggi, dan kami bangga akan teknologi yang membuka semua kemungkinan bagi kami,” ujar orang nomor dua di Negeri Zionis itu.
l UNTUNG WIDYANTO |TELEGRAPH | JERUSALEM POST | REUTERS | CNET
Virus Flame memang telah "membakar" kawasan Timur Tengah. Sekitar 5.000 komputer sudah terinfeksi, terutama milik perusahaan dan lembaga pendidikan di Iran, Israel, kawasan Palestina, Suriah, dan juga Sudan.
Pakar teknologi informasi dari perusahaan antivirus Kaspersky Lab belum menyebutkan asal-muasal virus ini. Mereka hanya menyebut Flame dapat membajak data, mengubah konfigurasi pada komputer yang terinfeksi, menghidupkan mikrofon untuk menyadap pembicaraan, membuat screen shots, dan merekam isi percakapan saat chatting.
Keandalan dan kompleksnya Flame membuat banyak pihak menyebut virus ini merupakan senjata cyber ketiga yang ditemukan menyebar luas, setelah Duqu dan Stuxnet. Duqu, nama yang diambil dari penjahat di film Star Wars, merupakan virus yang mencuri data.
Adapun virus Stuxnet, yang ditemukan dua tahun lalu, dikembangkan untuk spionase industri. Virus ini menyerang sistem pengendali di pabrik atau pembangkit listrik. Sasaran utama Stuxnet adalah instalasi atom di Iran. Hasilnya, 1.000 peralatan sentrifugal di instalasi tempat memperkaya uranium Iran di Natanz rusak.
Pemerintah Teheran ketika itu menuding Amerika Serikat dan Israel sebagai pengembang virus komputer Stuxnet. Kali ini tuduhan serupa juga disampaikan ke alamat yang sama. "Flame memiliki kaitan amat erat dengan Stuxnet," tulis
lembaga yang bertanggung jawab bagi keamanan data Iran.
Pejabat Iran menyebut serangan Flame mengakibatkan hilangnya data dalam jumlah sangat banyak di sebagian sistem komputer Iran. Virus ini dilaporkan pertama kali menginfeksi malware pada komputer Kementerian Minyak Iran.
Uni Telekomunikasi Internasional (ITU), lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengatur penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, bulan lalu menerima laporan itu. Badan PBB ini kemudian menugasi Kaspersky Lab memeriksa malware di Kementerian Minyak Iran.
Pejabat Kaspersky Lab menduga Flame telah menyebar di Timur Tengah sejak lima tahun lalu. Aksi ini tidak terungkap. "Kesimpulannya, ada operasi lainnya yang sedang berlangsung yang kita tidak tahu selama waktu itu," kata Roel Schouwenberg, peneliti senior Kaspersky. Virus ini, kata dia, bisa digunakan untuk kegiatan mata-mata dan sabotase.
Profesor Alan Woodward dari Departemen Komputasi Universitas Surrey mengatakan Flame tidak mungkin dibuat oleh sekelompok remaja nakal atau iseng. "Virus ini besar, rumit, dan didedikasikan guna mencuri data secara sembunyi-sembunyi untuk waktu yang lama," katanya.
Schouwenberg mengatakan ada bukti yang menunjukkan kode Flame dibuat oleh negara yang sama yang merancang Stuxnet dan Duqu. Tim Respons Darurat Komputer Iran juga mengaitkan hal yang sama. Lembaga ini menuduh Flame merupakan bagian dari pekerjaan intelijen suatu negara.
ITU telah mengeluarkan peringatan bahwa Flame adalah sarana spionase berbahaya yang berpotensi merusak infrastruktur kritis suatu negara. “Ini adalah peringatan cyber paling serius yang pernah kami keluarkan,” kata Marco Obiso, Kepala Keamanan Cyber ITU.
Richard Silverstein, komentator yang berbasis di Amerika, menuduh Israel berada di balik aksi virus Flame. Sumber senior Israel saya, kata Silverstein, menyebut bahwa itu adalah produk dari ahli cyberwarfare Israel. Dia mengaitkan tuduhan itu dengan pernyataan Wakil Perdana Menteri Israel Moshe Ya''alon belum lama ini.
Kepada Radio Angkatan Bersenjata Israel, Ya''alon tidak mengakui atau membantah tuduhan itu. "Israel diberkati dengan teknologi tinggi, dan kami bangga akan teknologi yang membuka semua kemungkinan bagi kami,” ujar orang nomor dua di Negeri Zionis itu.
l UNTUNG WIDYANTO |TELEGRAPH | JERUSALEM POST | REUTERS | CNET