Archive for Januari 2012

Cerita Mayadenawa Latar Belakang Rahinan Galungan

Om Swastyastu, sapunapi gatra semeton sinamian? Dum0ogi stata rahayu. Okeyh, menyambut hari raya galungan tinggal 6 hari lagi (kalau tidak salah). Saya berikan sedikit cerita menarik yangb berhubungan sangat erat dengan hari raya galungan. Judul ceritanya Mayadenawa, ini merupakan cerita kesukaan saya waktu SD karena seru deh pokoknya. Patut dibaca......


Pada zaman dahulu, bertahta seorang raja Mayadanawa, keturunan Daitya (Raksasa) di daerah Blingkang (sebelah Utara Danau Batur), anak dari Dewi Danu Batur. Beliau adalah raja yang sakti dan dapat mengubah diri menjadi bentuk yang diinginkannya. Beliau hidup pada masa Mpu Kul Putih. Karena kesaktian sang raja, daerah Makasar, Sumbawa, Bugis, Lombok dan Blambangan dapat ditaklukkannya. Karena kesaktiannya, Mayadenawa menjadi sombong dan angkuh. Rakyat Bali tak diizinkan lagi menyembah Tuhan, dilarang melakukan upacara keagamaan dan merusak semua Pura. Rakyat menjadi sedih dan sengsara, namun tak kuasa menentang Raja yang sangat sakti. Tanaman penduduk menjadi rusak dan wabah penyakit menyerang di mana-mana.

Melihat hal tersebut, Mpu Kul Putih melakukan yoga semadhi di Pura Besakih untuk mohon petunjuk dan bimbingan Tuhan. Beliau mendapat pawisik/petunjuk agar meminta pertolongan ke India (Jambudwipa). Kemudian diceritakan pertolongan datang dari Sorga, yang dipimpin oleh Bhatara Indra dengan pasukan yang kuat dan persenjataan lengkap. Dalam penyerangan melawan Mayadanawa, pasukan sayap kanan dipimpin oleh Citrasena dan Citrangada. Pasukan sayap kiri dipimpin oleh Sangjayantaka. Sedangkan pasukan induk dipimpin langsung oleh Bhatara Indra. Pasukan cadangan dipimpin oleh Gandarwa untuk menyelidiki keadaan keraton Mayadanawa, dengan mengirim Bhagawan Naradha.

Menyadari kerajaannya telah terancam, Mayadanawa mengirimkan mata-mata untuk menyelidiki pasukan Bhatara Indra serta menyiapkan pasukannya. Ketika pasukan Bhatara Indra menyerang, pasukan Mayadanawa memberikan perlawanan yang hebat. Pasukan Bhatara Indra unggul dan membuat pasukan Mayadanawa melarikan diri bersama patihnya yang bernawa Kala Wong. Karena matahari telah terbenam, peperangan dihentikan. Pada malam harinya, Mayadanawa menciptakan mata air yang beracun di dekat tenda pasukan Bhatara Indra. Agar tidak meninggalkan jejak, ia berjalan mengendap dengan memiringkan telapak kakinya, sehingga daerah itu kemudian dikenal dengan nama Tampak Siring.

Keesokan harinya banyak pasukan Bhatara Indra yang jatuh sakit karena minum air yang beracun. Melihat hal itu, Bhatara Indra kemudian menciptakan mata air yang kemudian dinamakan Tirta Empul, dan semua pasukannya bisa disembuhkan kembali. Bhatara Indra dan pasukannya melanjutkan mengejar Mayadanawa. Untuk menyembunyikan dirinya, Mayadanawa mengubah dirinya menjadi Manuk Raya (ayam), dan daerah tersebut dinamakan Desa Manukaya. Bhatara Indra tak bisa dikibuli dan terus mengejar. Mayadanawa mengubah dirinya menjadi Buah Timbul sehingga daerah itu dinamakan Desa Timbul, kemudian menjadi Busung (janur) sehingga daerah itu dinamakan Desa Blusung, menjadi Susuh sehingga daerah itu dinamakan Desa Panyusuhan, kemudian menjadi Bidadari sehingga daerah itu dinamakan Desa Kadewatan dan menjadi Batu Paras (batu padas) bersama patihnya Si Kala Wong. Batu padas tersebut dipanah oleh Bhatara Indra sehingga Mayadanawa dan patihnya menemui ajalnya. Darahnya terus mengalir membentuk sungai yang disebut Sungai Petanu. Sungai itu dikutuk oleh Bhatara Indra yang isinya, jika air sungai itu digunakan untuk mengairi sawah akan menjadi subur, tetapi ketika dipanen akan mengeluarkan darah dan berbau bangkai. Kutukan itu berumur 1000 tahun
Kematian Mayadanawa tersebut diperingati sebagai Hari Raya Galungan, sebagai tonggak peringatan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).

Lontar Jaya Kasunu menceritakan bahwa pada saat akan naik tahta, Sri Jaya Kasunu melihat rakyat Bali diserang penyakit hebat dan raja-raja yang memerintah sebelum beliau selalu berumur pendek. Beliau melakukan yoga samadhi dan mendapat petunjuk Tuhan yang berwujud Bhatara Durgha, bahwa masyarakat sebelumnya telah melupakan Hari Raya Galungan. Juga agar setiap keluarga memasang Penjor pada Hari Raya Galungan.


[Z87]*Semoga*Berguna*[Z87]
Kamis, 26 Januari 2012
Posted by Unknown

Pengertian Taat dan Patuh Terhadap Ajaran Agama

Kemarin saya diberi tugas oleh guru mencari pengertian taat dan patuh terhadap ajaran agama, inilah hasil kerja saya yang saya dapat dari dua sumber dan say padukan silahkan dibaca or Copas.
Taat dan patuh dapat diartikan sebagai disiplin, tertib, dan teratur. Umat yang taat dan patuh terhadap ajaran agamanya, berarti umat yang secara disiplin, tertib, dan teratur menjalankan ibadah dan takwa. Takwa terhadap ajaran agama memiliki arti patuh terhadap ajaranNya dan menjahui segala laranganNya. Menjalankan perintahnya seperti Tri Sandhya tiga kali sehari untuk umat Hindu dan menjahui larangannya seperti tidak memfitnah, berbohong, korupsi, memperkosa dan lain sebagainya.

Di Indonesia setiap penduduk mendapat jaminan hukum menjalankan ajaran agama termasuk didalamnya menganut aliran kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu taat dan patuh terhadap ajaran agama di Indonesia sudah menjadi hal yang tidak ilegal. Saya pikir, sebenarnya kita harus patuh. Patuh pada apa? Patuh pada panggilan jiwa kita. Patuh pada apa yang menjadi jalan hidup kita. Patuh pada kehendakNya yang menciptakan kita.

Tuhan yang membangun dunia ini, yang menciptakan kehidupan, yang membuat manusia tentu memiliki maksud. Ia ingin manusia menjadi makhluk yang paling mulia.

Maka apakah kita tidak mau patuh pada panggilan untuk menjadi mulia? Buat apa bangga memiliki kebebasan dan gaya hidup yang terserah kita kalau itu ternyata tidak membuat kita mulia. Kebebasan yang kita pilih itu malah menurunkan derajat kehidupan kita menjadi seperti makhluk hewan, tumbuhan, atau robot.

Saya setuju bahwa kita harus hidup bebas. Karena dalam agama Hindu yang saya tahu  para umatnya tidak diwajibkan untuk sembahyang tetapi atas kehendak hati sendiri. Jadi tidak ada unsur paksaan, namun kita harus benar-benar mengolah kebebasan itu sehingga tidak menjadi kesalah tafsiran diantara umat beragama.
Saya pikir kita harus menggunakan kebebasan kita dan kreativitas kita. Tapi dalam rangka mengenali apa kehendakNya atas hidup kita. Apa tuntunanNya. Apa insipirasiNya.

Tapi dalam kebebasan kita itu, kita memilih untuk jujur pada panggilan kehidupan. Memilih untuk hidup mulia. Memilih untuk mengikuti kehendakNya. Itu makna taat yang sebenarnya.



[Z87]*Semoga*Berguna*[Z87]
Posted by Unknown

Pengertian Tuhan Menurut Agama Hindu


Tidaklah mudah untuk memberikan penjelasan tentang Tuhan karena keterbatasan akal manusia, hal itu menunjukkan begitu kecilnya manusia dihadapanNya. Meski begitu manusia tetaplah membaktikan dirinya dihadapanNya sebagaimana tertuang dalam sabda suci Rg veda X.129.6 yaitu:
“Sesungguhnya siapakah yang mengenalaNya. Siapa pula yang dapat mengatakan kapan penciptaan itu. Dana kapan pula diciptakan alam semesta ini, diciptakan dewa-dewa. Siapakah yang mengetahui kapan kejadian itu?”
Sabda suci yang serupa juga terungkap dalam Bhagavadgita X.2 yang artinya:

“Baik para dewa maupun resi agung tidak mengenal asal mulaKu. Sebab dalam segala hal, Aku adalah sumber para dewa dan resi agung”

Theologi dalam terminologi agama Hindu disebut Brahma Vidya yaitu pengetahuan tentang Brahma (Tuhan). Kesadaran para resi dan tokoh agama Hindu akan keterbatasan bahasa definisi Tuhan, menimbulkan adagium atau term yang menyatakan bahwa Tuhan itu Neti, Neti, Neti (bukan ini, bukan ini, bukan ini). Karena dalam Brahmasutra dinyatakan bahwa Tuhan itu, “Tad avyaktam, aha hi” (sesungguhnya Tuhan tidak terkatakan).
Dalam keyakinan agama Hindu, Brahman atau Tuhan hanyalah satu, esa, tidak ada duanya, namun karena kebesaran dan kemuliaanNya, para resi dan orang-orang yang bijak menyebutnya dengan beragam nama.
Kitab Veda juga membicarakan wujud Brahman. Di dalamnya menjelaskan bahwa Brahman sebenarnya adalah energi, cahaya, sinar yang sangat cemerlang dan sulit sekali diketahui wujudnya. Dengan kata lain abstrak, kekal, abadi, atau dalam terminologi Hindu disebut Nirguna atau Nirkara Brahman (Impersonal God) artinya Tuhan tidak berpribadi dan transenden.
Meski Brahman tidak terjangkau pemikiran manusia atau tidak berwujud, namun jikalau Brahman menghendaki dirinya terlihat dan terwujud, hal itu sangat mudah dilakukan. Brahman yang berwujud disebut Saguna atau Sakara Brahman (personal God), Tuhan yang berpribadi atau immanent.
Kedua konsep Tuhan yang impersonal dan personal tersebut di atas dapatlah ditemukan dalam mantra Bhagavadgita IV.6,7,8 dan Bhagavadgita XII,1 dan 3 dengan sebutan sebagai berikut:
  • Paranaamam; Tuhan maha tinggi dan abstrak, kekal abadi tidak berpribadi impersonal, nirkara (tak berwujud), nirguna (tanpa sifat guna) dan Brahman.Tuhan atau Brahman dalam bentuk yang abstrak tersebut di Bali disebut Sang Hyang Suung, Sang Hyang Embang, Sang Hyang Sunya. Karena tidak berbentuk, sulit dibayangkan dan dipikirkan (acintya, Bali). 
  • Vyuhanaama; Tuhan berbaring pada ular di lautan susu. Gambaran Tuhan seperti ini hanya bisa dilihat oleh para dewa. Di Bali penjelasan seperti itu disebut Hana Tan Hana (Ada tidak Ada), artinya Tuhan itu diyakini ada, namun tidak bisa dilihat. 
  • Vibhawanaama; Tuhan dalam bentuk ini disebut Avatara (turun menyebrang). Tuhan. Ia juga biasa disebut Saguna atau Sakara Brahman (personal god). Visualisasinyapun dapat:
    • Tumbuhan/binatang (Unanthropomorphes): tumbuhan Soma, Ikan, Kura-kura, Babi Hutan, Garuda.
    • Setengah manusia-binatang (semi-antropomorphes): Hayagrva yaitu manusia berkepala kuda , Narasimha yaitu manusia berkepala singa.
    • Bentuk manusia dengan segala kelebihannya (anthro-pomorphes) seperti Vamana, Sri Raama, Kresna, Bhagawan Sri Sathya Narayana.
  • Antaraatmanama; Tuhan meresapi segalanya dalam bentuk atma atau zat ketuhanan. Segalanya adalah Brahman (monisme).
  • Archananaama; Tuhan yang terwujudkan dalam bentuk archa atau pertima (replika mini) seperti patung dalam berbagai bahan dan wujud.
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa ketuhanan dalam agama Hindu adalah perpaduan dari monoteisme transenden, monoteisme imanen, dan monisme. Sekali lagi, ditegaskan dalam agama Hindu apapun wujud dan rupanya Tuhan diyakini hanya satu (esa). Keesaan Tuhan atau Brahma itu dibuktikan dalam berbagai mantra-mantra (ayat-ayat, red) dalam Veda seperti pada Rg. Veda I.64.46 yang berbunyi:
“Mereka menyebutnya dengan Indra, Mitra, Varuna, dan Agni
Beliau yang bersayap keemasan Garutman
Beliau Esa orang bijaksana menyebutNya banyak
Nama: Indra, Yama, Marisvan

Mantra di atas juga sama disebutkan dalam Bhagavadgita XI.39 dan juga dalam Savastava. 3 yang menyebutkan bahwa Tuhan itu disebut dengan berbagai nama, walaupun sesungguhnya Brahman itu Esa.
Brahman menurut Veda juga tidak berjenis kelamin dan berusia. Dengan kata lain jenis kelamin dan usia segalanya ada pada diri Tuhan (Artharvaveda.X.8.27: Rgveda VIII.58.2). Hal tersebut logis menurut Vedanta, karena Tuhan adalah segalanya dalam kaitannya konsep monisme. Dengan begitu Tuhan menurut Veda adalah seorang Anak, seorang Ibu, Bapa, Nenek, Datuk, Kekasih dan sekaligus adalah gabungan itu semua, atau bukan semua hal seperti itu.


[Z87]*Semoga*Berguna*[Z87]
Posted by Unknown

Pengaruh Sosialisasi Terhadap Kepribadian Seseorang

Halo apa kabar semua? Sudah seminggu lebih gak post, akhirnya da waktu juga buat bagi-bagi sesuatu. Hari ini datangnya dari Ilmu Sosiologi. Ini seputar pengaruh sosialisasi terhadap kepribadian seseorang, silahkan disimak atau di COPAS juga boleh.....

Sosialisasi merupakan suatu proses belajar yang tentunya akan menghasilkan sesuatu yang dinamakan hasil belajar. Hasil belajar ini dapat diartikan sebagai suatu perubahan baik itu pengetahuan, sikap, tingkah laku, dan watak. Dalam sosialisasi hasilnya tersebut dapat berupa perubahan sikap dan tingkah laku karena apa yang kita pelajari adalah nilai dan norma. Sikap, tingkah laku serta watak dapat kita sebut dengan kepribadian.

Jadi kepribadian dapat dipengaruhi oleh sosialisasi. Sehingga sosialisasi begitu besar peranannya terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Salah satu contoh pengaruh sosialisasi terhadap kepribadian seseorang yang erat kaitannya dengan lingkungan pergaulan. Dimana ketika seseorang hidup dilingkungan berandal yang liar, maka sosialisasi atau proses belajarnya orang tersebut dari lingkungan tersebut.

Lingkungan berandal dan liar tersebut sudah pasti tentu membawa pengaruh terhadap kehidupan dan kepribadian orang tersebut. Kepribadian orang tersebut mungkin akan menjadi sama dengan lingkungan sosialisasinya tersebut, sama halnya dengan pergaulan remaja masa kini yang kebanyakan tidak mengindahkan lagi nilai-nilai luhur budi pekerti. Itulah mengapa sosialisasi begitu berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, karena sosialisasi begitu besar andilnya dalam pembentukan kepribadian.

Tadi merupakan salah satu contoh pengaruh negatif dari lokasi bersosialisasi yang salah. Namun tak selamanya lingkungan yang buruk tempat sosialisasi seseorang tersebut dapat membentuk kepribadian yang buruk juga, kepribadian tidak saja ditentukan dari faktor lingkungan saja dapat pula dari faktor biologis, geografis, kebudayaan khusus serta pengalaman.

Seseorang dapatpula memiliki kepribadian yang baik meskipun lingkungan sosialisasinya dilingkungan yang buruk seperti dikatakan tadi. Namun jika orang tersebut darifaktor biologisnya atau keturunan membawa kepribadian yang luhur maka orang tersebut belum tentu memiliki kepribadian yang buruk. Begitu pula halnya dengan faktor geografis, kebudayaan khusus dan tak kalah penting adalah pengalaman.

Mungkin juga seseorang yang sudah memiliki kepribadian yang buruk tiba-tiba mendapatkan suatu peristiwa yang disebabkan kepribadiannya tersebut yang membuatnya merasa salah telah bersikap seperti itu. Sehingga orang tersebut akan berusaha merubah kepribadiannya dengan bersosialisasi dengan orang yang baik, begitulah sedikit gambarannya tentang pengaruh sosialisasi terhadap kepribadian. Sesungguhnya topik ini sangatlah begitu luas jika dibahas karena tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor melainkan banyak lagi faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang dari suatu sosialisasi.

[Z87]*Semoga*Berguna*[Z87]
Posted by Unknown
Tag :

Popular Post

- Copyright © Oktalavida's Blog -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -