- Back to Home »
- Budaya »
- Ngusaba Dodol Desa Adat Geriana Kauh
Posted by : Unknown
Sabtu, 06 April 2013
Bali memang memiliki sejuta tradisi unik, mungkin tidak masuk logika dll. Menghaturkan setumpuk buah-buahan serta hasil bumi lainya, bukankah pemborosan?
Dikatakan sebuah pemborosan memang betul, tapi bukan itu makna sesungguhnya. Lebih dari sekedar mengahaturkan setumpuk buah-buahan, tetapi bhakti dan rasa terimakasih terhadap pencipta yang telah melimpahkan segala rahmatnya terhadap penduduk Desa Geriana Kauh.
Upacara Ngusaba Dodol diadakan setiap setahun sekali setiap sasih kesanga 1 atau 2 hari sebelum hari raya nyepi tergantung tepat jatuhnya hai raya tersebut. Hari raya ini memang tak terlepas dari rentetan upacara sebelumnya seperti Ngusaba Dalem Puri Besakih kemudian Ngusaba Dalem Selat dan pada akhirnya Ngusaba Dodol.
Dikatakan sebuah pemborosan memang betul, tapi bukan itu makna sesungguhnya. Lebih dari sekedar mengahaturkan setumpuk buah-buahan, tetapi bhakti dan rasa terimakasih terhadap pencipta yang telah melimpahkan segala rahmatnya terhadap penduduk Desa Geriana Kauh.
Upacara Ngusaba Dodol diadakan setiap setahun sekali setiap sasih kesanga 1 atau 2 hari sebelum hari raya nyepi tergantung tepat jatuhnya hai raya tersebut. Hari raya ini memang tak terlepas dari rentetan upacara sebelumnya seperti Ngusaba Dalem Puri Besakih kemudian Ngusaba Dalem Selat dan pada akhirnya Ngusaba Dodol.
Hasil bumi yang dihaturkan disusun menyerupai banten gebogan atau yang lebih sering disebut banten Sokan oleh masyarakat stempat. Banten Sokan sendiri terdiri dari Sok yang berukuran besar sebagai wadah atau alas banten. Kemudian dalam sok tersebut paling bawah diisi beras dan uang kepeng ditutup dengan aledan dari daun aren. Diatasnya baru disusun melingkar jaje uli dan dodol. Jumlah dari jaje uli & dodol tersebut tidak sembarangan hanya dipernolehkan memakai 7, 9 atau 11. Diantara linkaran jaje uli dan dodol tersebut diisi urutan(daging yang dibungkus usus babi). Setelah lengakap diisi baru kemudian diisi sekat berupa batnag bambu supaya dasar banten kokoh untuk disusun buah-buahan diatasnya. Buah-buahan yang disusun bertingkat memiliki ketinggian antara 70-200 cm.
Dari proses pembuatan hingga pembongkaran(penglungsuran) banten semua dipenuhi dengan aroma kerjasama, gotong royong dan kekeluargaan. Tidak ada rasa persaingan untuk tinggi-tinggian banten, karena rendah tingginya banten disesuaikan dengan anggota keluarga dan hasil yang diperoleh.
Proses metanding(menyusun) banten
Proses nyurud(membonghkar) banten